
Di negara Saudi tidak ditemukan suatu daerah yang memiliki nama lebih banyak dari Mekah dan Madinah. Ini adalah mengingat bahwa kedua termpat tersebut adalah tempat yang paling mulia.
Di antara nama-nama Makkatul mukarramah adalah:
Al Balad: Allah Taala berfirman:
لا أقسم بهذا البلد وأنت حل بهذا البلد
“Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah), dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini)”.
Al Baladil Amin (Kota yang aman): Allah Taala berfirman:
وهذا البلد الأمين
“Demi kota (Mekah) ini yang aman”. Huzaimah bin Tsabit bertanya kepada Nabi saw. tentang ayat ini, maka beliau bersabda, "Mekah."
Al Baldah: Allah Taala berfirman:
إنما أمرت أن أعبد رب هذه البلدة
“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini”.
Bakkah: Allah Taala berfirman:
إن أول بيت وضع للناس للذي ببكة مباركا وهدى للعالمين
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) bagi manusia adalah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang penuh berkah dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.
Makkah: Allah Taala berfirman:
وهو الذي كف أيديهم عنكم ببطن مكة من بعد أن أظفركم عليهم
“Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka”.
Ada yang mengatakan Bakkah adalah tempat Ka’bah dan Mekah adalah kawasan di sekelilingnya.
Qaryah: Allah Taala berfirman:
ضرب الله مثلا قرية
“Allah telah membuat satu perumpamaan (dengan) sebuah negeri”. Mujahid berkata, "Maksudnya adalah Mekah."
Masjidilharam: Allah Taala berfirman:
سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa)
Al Ma`aad: Allah Taala berfirman:
إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد
“Sesungguhnya yang mewajibkan atas kamu (melaksanakan hukum-hukum) Alquran itu benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali”.
Ummul Qura: Allah Taala berfirman:
لتنذر أم القرى ومن حولها
“Supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk negeri-negeri sekelilingnya”.
Mukhraja Shidqin: Allah Taala berfirman:
وقل رب أدخلني مدخل صدق وأخرجني مخرج صدق واجعل لي من لدنك سلطانا نصيرا
“Katakanlah:"Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkanlah pula aku dari tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”.
Al Baasaq: Karena orang yang ingkar akan adanya Allah (ateis) dibinasakan dan dihancurkan di dalamnya.
بصق فلان على أصحابه
“Fulan lebih tinggi dari teman-temannya”. Disebut demikian karena Mekah adalah kota yang posisinya paling tinggi, dia membinasakah orang-orang mulhid (ateis).
Ka’bah
Ka’bah adalah bangunan suci kaum Muslim yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat atau arah patokan untuk hal-hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti sholat. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.
Bangunan berbentuk kubus ini berukuran 12 x 10 x 15 meter. Juga disebut dengan nama Baitullah. Ka’bah yang juga dinamakan Baitul Atiq atau rumah tua, adalah bangunan yang dibangun pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di mekkah atas perintah Allah swt.
Pembangunan Ka’bah dimulai semenjak Masa Ibrahim a.s. Inilah satu-satunya pembangunan Ka’bah yang ditegaskan dalam Alquran.
Dalam sejarahnya, Nabi Ibrahim a.s. tiba di Mekah dalam rangka melaksanakan perintah Allah swt, yaitu membangun Baitullah. Suatu waktu beliau berkata kepada anaknya, Ismail as, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan saya melakukan sesuatu.pekerjaan" Ismail as. berkata, "Laksananakanlah perintah Tuhan! " Beliau berkata, "Apakah engkau bersedia membantu melaksanakannya?" Ismail a.s. menjawab, "Aku siap membantu." Beliau berkata, "Sesungguhnya Allah Taala memerintahkan saya membangun sebuah rumah di sini," sambil menunjuk ke gundukkan tanah yang agak tinggi dan sekitarnya.
Mereka berduapun membangun rumah tersebut di atas fondasinya. Ismail as. membawa batu dan Ibrahim as. menyusunnya. Ketika bangunan sudah mulai bertambah tinggi, Ismail a.s. membawa sebuah batu (Maqam Ibrahim) dan meletakkannya di samping bangunan sebagai pijakan buat Nabi Ibrahim a.s. Kemudian Nabi Ibrahim a.s. naik ke atas batu itu dan Nabi Ismail a.s. menyodorkan batu-batu. Mereka berdoa:
ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم، ربنا واجعلنا مسلمين لك، ومن ذريتنا أمة مسلمة لك، وأرنا مناسكنا وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، ربنا وابعث فيهم رسولا منهم يتلوا عليهم آياتك ويعلمهم الكتاب والحكمة ويزكيهم، إنك أنت العزيز الحكيم
Artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang akan membacakan ayat-ayat-Mu kepada mereka, mengajari mereka Al Kitab (Alquran) dan Al Hikmah (Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dengan berkat Allah Taala pembangunan Ka’bahpun selesai.
Tidak ada hadis sahih yang mengatakan bahwa Baitullah sudah berdiri sebelum Nabi Ibrahim a.s. Barangsiapa yang berpegang pada firman Allah Taala:
وإذ بوأنا لإبراهيم مكان البيت
Artinya: Ingatlah, ketika Kami menyediakan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah. Atau firman Allah Taala:
وإذ يرفع إبراهيم القواعد من البيت
Artinya: Ingatlah, ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah.
Maksudnya bahwa tempat letak Baitullah telah ada dalam ilmu Allah sejak penciptaan langit dan bumi. Jadi letak Baitullah itu sudah diketahui. Adapun pembangunannya dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail as.
Berita yang mengatakan bahwa Ka’bah telah dibangun sebelum itu adalah berita yang diriwayatkan dari Bani Israil, yang tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat disalahkan. Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Nabi Ibrahim a.s. membangun Baitullah, dengan membuat:
Tingginya sembilan hasta.
Panjangnya dari Hajar Aswad sampai Rukun Syami 32 hasta.
Lebarnya dari Rukun Syami sampai Rukun Gharbi 22 hasta.
Panjangnya dari Rukun Gharbi sampai Rukun Yamani 31 hasta.
Lebarnya dari Rukun Yamani sampai Hajar Aswad 20 hasta.
Beliau membuat pintu Ka’bah sejajar dengan tanah, tidak melebih i ketinggian tanah dan tidak dibuatkan daun pintu. Daun pintu baru dibuat kemudian oleh Tubba` Al Humairi, kemudian pintu Ka’bah ditinggikan dari permukaan tanah.
Bangunan yang dibuat oleh Nabi Ibrahim a.s. itulah bangunan yang dicontoh oleh orang setelahnya. Bangunan tersebut mempunyai dua rukun yaitu dua Rukun Yamani. Adapun bagian berikutnya adalah hijir yang tidak dibuatkan rukun, tetapi dibuat setengah lingkaran. Dikatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. membangun Baitullah ketika beliau berusia 100 tahun. Allah Yang Maha Mengetahui.
Pada awalnya bangunan Ka’bah terdiri atas dua pintu, serta letak pintu Ka’bah terletak diatas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi, sebagaimana pondasi yang dibuat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Namun ketika Renovasi Ka’bah akibat bencana banjir pada saat Nabi Muhammad saw berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi rasul, karena merenovasi Ka’bah sebagai bangunan suci harus menggunakan harta yang halal dan bersih, sehingga pada saat itu terjadi kekurangan biaya. Maka bangunan Ka’bah dibuat hanya satu pintu serta ada bagian Ka’bah yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan Ka’bah yang dinamakan Hijir Ismail yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi Ka’bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh bangsa Arab.
Karena kaumnya baru saja masuk Islam, maka Nabi Muhammad saw mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali Ka’bah sehingga ditulis dalam sebuah hadits beliau bersabda: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku turunkan pintu Ka’bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail ke dalam Ka’bah sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim”.
Ketika masa Abdurrahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibuat sebagaimana hadist Nabi Muhammad saw atas pondasi Nabi Ibrahim. Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa daerah Syam (Suriah,Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka’bah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka’bah berdasarkan bangunan hasil renovasi Nabi Muhammad saw pada usia 30 tahun bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim.
Dalam sejarahnya Ka’bah beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan tuanya bangunan.
Ketika masa pemerintahan khalifah Harun al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali Ka’bah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad saw, namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka, yakni Imam Malik, karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Ka’bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.
Masjidil-Haram
Perluasan Masjidil-Haram bermula pada tahun 638 M oleh Umar bin Khattab, beliau membeli rumah-rumah di sekeliling Ka’bah dan dirobohkan semuanya untuk tujuan perluasan. Perluasan Masjidil Haram diteruskan lagi oleh Usman bin Affan sekitar tahun 647 M.
Pada tahun 696 M, Abdullah bin Zubair memperluas kawasan masjid ini dengan membeli gedung-gedung yang berada di sebelah timur dan selatan masjid. Sementara di bagian utara dan barat diperluas oleh Zaid bin Abdullah al-Harisi dibawah perintah Abu Ja'far al-Mansur, Khalifah Bani Abas kedua.
Abdul Malik bin Marwan, Umar, al-Walid, Zaid bin Abdullah, adalah mereka yang pertama kali menghiasi masjid ini. Ayat-ayat al-Quran disulami dengan corak-corak Islam, batu-batu marmernya diukir dengan indah, dan tiang-tiangnya dicampur dengan emas.
Pada tahun 986 M, Harun ar-Rashid telah memasukkan gedung Dar An-Nadwah di sebelah utara ke dalam Masjidil Haram, dan membuat bab Ibrahim di sebelah barat. Sedangkan Pintu besar bab as-Salam telah diperbaiki pada tahun 1243 M oleh Ali bin Umar dari Yaman.
Pada tahun 1399 M, kebakaran besar terjadi di Masjidil-Haram. Banyak bagian terbakar, begitu juga dengan keindahan kesenian Masjidil-Haram. Amir az-Zahiri kemudian memperbaikinya pada tahun berikutnya, dan selesai pada tahun 1401 M.
Sultan Salim II (1572-1577 M) memperbaharui dan memperindah kembali Masjidil-Haram dengan membuat kubah di dalamnya. Atas arahan Amir Pasha dari Mesir, perbaikan masjid dipimpin oleh Ahmad Bey dan seorang arsitektur ternama bernama Muallim Muhammad al-Misri. Sepeninggal Sultan Salim, anaknya Sultan Murad meneruskan pekerjaan tersebut sampai selesai.
Perluasan Masjidil-Haram dilanjutkan oleh Raja Abdul Aziz pada 1955 M. Perluasan bertambah terus selama 20 tahun dari 19,000 meter persegi, sampai 160,000 meter persegi, hampir delapan kali lipat dari asalnya. Perluasan tersebut tanpa menghilangkan keaslian Masjid dari zaman Turki Usmani.
Tempat thawaf juga diperluas tiga kali lipat dari asalnya oleh beliau, pintu Ka’bah juga diganti dengan lapisan emas. Kemudian Raja Fahd membuat kawasan Sa’i menjadi kawasan yang ber-AC. Begitu juga tempat Sa’i dilantai dua, dan beliaupun membangun jambatan diatas tempat Sa’i untuk mengurangi sesaknya jama’ah haji ketika masuk Masjidil-Haram.
Masjidil-Haram mempunyai menara-menara yang indah, menara itu berada diatas pintu-pintu masjid. Diantaranya adalah menara bab al-Umrah yang didirikan oleh Khalifah al-Mansur dari Bani Abbas pada tahun 706 M. Menara ini kemudian diperbaiki pada tahun 1172 M, dan juga pada tahun 1464 M oleh Sultan Jukmuk, dan akhirnya punah pada tahun 1552 M. Sultan Sulaiman kemudian menggantikan dengan yang baru di tempat yang sama dengan nama seperti semula.
Pada tahun 789 M, Khalifah Mahdi dari keturunan Abbasiyah, membangun menara bab as-Salam dan beberapa menara lagi seperti menara bab Ali dan menara bab Al-Hazurah atau bab Wida'.
Pada tahun 905 M, Khalifah al-Mu'tadhid dari Bani Abbas membangun menara bab az-Ziadah dan di perbaiki oleh Asraf Baresbai pada tahun 1447 M. Kait Bait juga membangun menara Kait Bait kira-kira tahun 1501 M, dan juga membangun menara As-Sulaimaniah.
Makam Ibrahim
Makam Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim as sebagaimana dugaan atau pendapat sebagian orang-orang kebanyakan. Makam Ibrahim adalah merupakan bangunan kecil yang terletak lebih kurang 20 meter di sebelah timur Ka’bah. Di dalam bangunan kecil ini terdapat sebiji batu yang diturunkan oleh Allah swt dari Syurga bersama-sama dengan Hajar al-Aswad. Di atas batu itu Nabi Ibrahim as berdiri di waktu beliau membangun Ka’bah bersama putranya Nabi Ismail as yang memberikan batu kepadanya, sampai membekas kedua telapak kaki beliau.
Batu itu dipelihara oleh Allah swt. Atas perintah Khalifah al-Mahdi al-Abbasi, di sekeliling batu Makam Ibrahim itu diberi penutup dari perak dan dibuat kandang besi berbentuk sangkar burung. Jadi sekarang batu tersebut letaknya dijauhkan sedikit dari Ka'bah dan diberi bangunan kecil yang beratap, dan di dinding sebelah atas diberi kaca.
Sesudah thawaf setiap orang disunahkan shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim tersebut. Sekarang bekas kedua telapak kaki Nabi Ibrahim bisa dilihat dibangunan Makam Ibrahim tersebut, panjangnya 27 cm, lebar 14 cm dan dalam 10 cm yang masih nampak dan terlihat jelas.
Hijir Ismail
Hijir Ismail adalah pagar batu berlingkar. Tingginya 1.5 meter. Letaknya berdampingan dengan Ka’bah di sebelah utara. Hijir Ismail dibangun oleh Nabi Ibrahim as sewaktu beliau membangun Ka’bah.
Hijir Ismail itu pada mulanya hanya merupakan pagar batu yang sederhana. Kemudian para Khalifah dan Raja yang berkuasa membangun pagar batu itu dengan batu marmer.
Berdasarkan hadis Rasulullah saw, sebagian dari Hijir Ismail itu adalah termasuk dalam Ka’bah. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari 'Aisyah ra, Ia berkata: Aku sangat ingin memasuki Ka’bah untuk melakukan sembahyang didalamnya, Rasulullah saw memegang tanganku dan memasukkan aku ke dalam Hijir Ismail sambil berkata, "Sembahyanglah kamu di Hijir Ismail jika kamu hendak sholat di dalam Ka’bah, karena kaum Quraisy telah meninggalkan bagian ini di luar Ka’bah semasa mereka membangun Ka’bah".
Disunahkan bagi setiap orang yang telah mengerjakan thawaf, melakukan sholat sunah dua rokaat dan berdoa di Makam Ibrahim, dan juga sholat sunah dua rakaat di Hijir Ismail.
Hajar Aswad
Menurut sejarah, Hajar Aswad diturunkan oleh Allah swt dari langit ke atas Jabal Qubais. Awalnya Hajar Aswad berbentuk biji permata putih, lebih putih dari salju, tetapi berangsur-angsur menjadi hitam karena disentuh oleh orang-orang musyrik.
Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah saw, dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda: “Hajar Aswad diturunkan dari syurga dan berwarna lebih putih dari susu. Dosa-dosa manusia (anak Adam) menyebabkannya menjadi hitam" . HR. Ahmad dan Turmudzi.
Hajar Aswad terletak di salah satu pojok dari empat pojok Ka’bah, dimana apabila orang yang ingin melakukan thawaf, maka mereka wajib memulai thawaf itu dengan mensejajarkan bahu kiri mereka dengan Hajar Aswad, lalu berputar sebanyak tujuh kali, dan juga wajib mengakhiri thawaf bersejajar dengan Hajar Aswad.
Mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi semata, hal ini diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika beliau mau mencium Hajar Aswad beliau berkata: “Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah sebuah batu biasa, seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw menciummu, maka aku tidak akan menciummu”.
Tempat multazam dimasjidil haram itu terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah. Disinilah tempat yang sangat dianjurkan pada siapapun untuk berdoa, yaitu tempat yang mustajab. Abu Daud meriwayatkan, dari Ibnu Abbas ra dikisahkan bahwa beliau pernah berdiri tegak di Multazam dengan dada dan muka menghadap ke Ka’bah, tangannya ditengadahkan ke atas. Kemudian beliau berkata, “aku melihat Rasullullah saw melakukannya".
Rukun Yamani adalah salah satu sudut Ka'bah sebelum sudut dimana diletakkan hajar Aswad, disini orang yang sedang thowaf disunahkan membaca do’a robbana atina fi dunya hasanah. Sedangkan pada sudut dimana Hajar Aswad berada, setiap orang sunah mengusap hajar aswad dengan tangan atau berisyarat ketika mau memulai thawaf.
Sumur Zam-Zam
Sumur zam-zam adalah seperti sumur biasa, tetapi mempunyai riwayat tersendiri. Sejarahnya adalah berhubungan dengan sejarah Nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar (isteri Nabi Ibrahim as), bermula ketika Nabi Ibrahim as mempunyai dua orang istri, Siti Sarah dan Siti Hajar (ibu Nabi Ismail).
Pada suatu ketika terjadi perselesihan antara kedua isteri beliau, sehingga Siti Sarah bersumpah tidak akan tinggal bersama Siti Hajar dalam satu negara. Kemudian turunlah wahyu kepada Nabi Ibrahim supaya beliau bersama anak dan isterinya (Ismail dan Hajar) pergi ke Mekkah. Di waktu itu Mekkah belum didiami manusia, hanya merupakan lembah pasir dan bukit-bukit yang tandus dan tidak ada air.
Ketika mereka tiba di Mekkah, mereka tinggal di bawah pohon yang kering. Di tempat inilah bangunan Ka’bah akan berdiri. Tidak beberapa lama Nabi Ibrahim meninggalkan mereka dengan dibekalkan sekantong kurma dan air.
Siti Hajar melihat aneh sikap suaminya melakukan hal ini, lalu bertanya: “mau pergi ke mana wahai suamiku, sampai hatikah engkau meninggalkan kami ditanah yang kering dan tandus ini?”. Berulang kali Siti Hajar menanyakan hal itu, akan tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawabnya.
Lalu Siti Hajar bertanya: “apakah ini perintah dari Allah?”. Lalu Nabi Ibrahimpun menjawab: “ya”. Mendengar jawaban suaminya, Siti Hajar gembira dan hatinya tentram. Ia percaya hidupnya akan terjamin walaupun di tempat yang sunyi dan kering, serta tidak ada manusia. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail as masih menyusu.
Setelah beberapa hari, air yang dibekalkan Nabi Ibrahim habis. Siti Hajar berusaha mencari air di sekelilingnya sampai mendaki bukit shofa dan Marwah berulang kali, sampai yang ketujuh ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahawa suara itu adalah suara air yang memancar dari dalam tanah dengan sangat deras. Air itu adalah air zam-zam.
Air zam-zam mempunyai keistimewaan yaitu, dengan izin Allah swt menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga, serta mengenyangkan perut yang lapar. Keistimewaan itu tersebut dalam sebuah hadist Nabi, dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda: "sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam-zam, air zam-zam merupakan minuman yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit ". HR. At Tabrani dan Ibnu Hibban.
Kawasan sumur Zam-zam kini telah ditutup oleh pihak pemerintah Arab Saudi, terletak disebelah selatan Ka’bah.
Shofa dan Marwah
Shofa adalah gunung kecil tempat orang memulai Sa'i, dan Marwah adalah gunung kecil tempat orang mengakhiri Sa'i. Saat ini kedua-duanya sudah menjadi bagian dari komplek Masjidil Haram dan sudah tidak tampak sebagai gunung. Shofa terletak dibagian tenggara dari arah Ka’bah, sedangkan Marwah disebelah timur laut dari arah Ka’bah, berjarak sekitar 100 meter dari Ka’bah.
Jarak Shofa dan Marwah tidak bisa dibilang dekat (7 kali bolak-balik kira-kira 40 menit berjalan biasa). Sekarang tempat tersebut sudah nyaman, tidak panas, dan tersedia air zam-zam di kanan kirinya. Membayangkan Siti Hajar, menempuh perjalanan ini di bawah terik matahari, tanah gurun yang tandus, suatu perjuangan yang mustahil dilakukan tanpa tauhid yang bulat kepada Allah swt, totalitas kepercayaan yang mendalam bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya, sehingga muncul optimis, baik dalam kebaikan, maupun optimis dalam menempuh ujian hidup, dan tetap berhusnudzhon terhadap segala ketetapan Allah swt.
Babu as-Salam
Bab as Salam atau Bab Bani Syaibah adalah salah satu pintu Masjidil Haram darimana Rasulullah saw. dahulu masuk pada waktu akan melakukan thawaf. Sekarang untuk memasuki pintu itu orang harus melintasi tempat Sa'i.
Dar al Nadwah
Tempat bersejarah lainnya di Mekkah adalah Dar al Nadwah atau Dar al Nadwah. Pada zaman Nabi tempat ini dijadikan pusat berkumpulnya kaum Quraisy bermusyawarah untuk membendung gerakan dakwah Islam. Ketika itu kaum Quraisy sepakat membunuh Nabi. Tetapi atas kehendak Allah swt, maka Rasulullah saw dapat keluar dengan selamat dan langsung melanjutkan perjalanan hijrah menuju Madinah Al Munawwarah; untuk mengembangkan Islam.
Umar bin Khattab semasa menjabat Khalifah kedua, pernah mengunjungi dan tinggal di Dar al Nadwah. Demikian pula para khalifah sesudahnya. Pada waktu bersamaan al Mu'tadlil dari Dinasti Abbasiah memasukkannya ke dalam bagian Masjidil Haram dalam perluasan pada tahun 284 H/897 M, dengan luas 37 x 36 meter atau 1.332 meter persegi. Letak Dar al Nadwah persisnya di dekat tempat Thawaf di sebelah utara. Untuk memperingatinya pintu di sana dinamakan Pintu Darun Nadwah (Bab Dar al Nadwah).
Dar al Arqom
Dar al Arqam adalah sebutan untuk sebuah rumah milik Arqam, yang kemudian menjadi pusat gerakan dakwah Islam secara sembunyi-sembunyi. Ketika itu orang-orang Muslim yang baru mengucapkan Kalimat Tauhid, berkumpul dan melaksanakan pengajian dan shalat berjamaah di dalam rumah itu. Mereka belum berani terang-terangan menyatakan keislaman mereka, karena takut mendapat celaka dari para pembesar Quraisy yang masih menyembah berhala.
Pada tahun 171 H/787 M, seorang hamba Allah bernama Al Khaizuran, bekas budak Al Abbasi, membangun masjid di areal Darul Arqam yang jaraknya sekitar 30 meter sebelah timur Shafa, tepatnya di luar jalur Sa'i. Hal ini menjadi perhatian para Khalifah Muslimin.
Selanjutnya pada tahun 1375 Hijriyah/ 1990 M, Masjid tersebut dirombak dalam rangka proyek perluasan Masjidil Haram. Untuk memperingatinya pintu Shafa dinamai Bab Dar al-Arqam.
Gua Tsur
Salah satu tempat bersejarah yang banyak dikunjungi jamaah haji bila berada di Mekah adalah Gua Tsur yang terletak di puncak Jabal Tsur Mekah. Gua bernilai sejarah dalam perjuangan Nabi Muhammad saw dalam menegakkan syiar Islam ini tidak dapat dilepaskan dari untaian perjuangan Rasulullah saw.
Karena di tempat inilah, Rasulullah bersama sahabatnya Abu Bakar Shiddiq bersembunyi selama tiga malam setelah berhasil keluar dari Mekah yang dikepung oleh para kafir Quraisy. Tersebutlah nama Sahabat Ali yang menggantikan tempat tidur Rasulullah sehingga akhirnya kafir Quraisy merasa kecele dibuatnya.
Keajaiban mengiringi kedua hamba Allah swt ini sambil menentukan strategi sebelum hijrah ke Madinah. Sarang laba-laba dan sarang burung merpati menyelamatkan kedua hambaNYA dalam menegakkan Islam itu. Beralasan sekali kalau pihak kafir Quraisy mengurungkan niat mereka mengobrak-abrik Gua tempat Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar ini bersembunyi, sehingga keduanya selamat.
Ketika itu, Abdullah bin Abu Bakar ikut juga bermalam bersama keduanya. Ia pulang dari gua itu menjelang pagi. Pagi harinya ia telah berada bersama orang-orang Quraisy Makkah untuk mencari berita.
Setelah itu Abdullah bin Abu Bakar kembali mendatangi keduanya untuk menyampaikan berita tentang orang-orang Quraisy, sedangkan Amir bin Fahirah, budak Abu Bakar ra, menggiring gembalaannya menghapus jejak Abullah bin Abu Bakar. Tentang hal ini, Allah swt menyebutkan dalam salah satu firman-Nya: ''Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya. (Yaitu) ketika orang-orang kafir (Makkah) mengeluarkannya dari Makkah, sedangkan dia adalah salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, di waktu ia berkata kepada temannya, 'Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.' Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada Muhammad dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya.'' (QS At Taubah ayat 40).
Dalam kitab Khulashatu Nuril Yaqin diungkapkan, selama Rasulullah saw dan Abu Bakar ash Shiddiq berada di dalam gua, salah seorang putri Abu Bakar yang bernama Asma binti Abu Bakar sempat mengantarkan makanan untuk Rasulullah dan Abu Bakar.
Sebenarnya tidak pernah ada anjuran untuk melakukan ziarah ke Gua yang terletak di gunung yang cukup tinggi dan terjal ini. Namun dapat dipastikan bila musim haji tiba, tempat bersejarah ini banyak dikunjungi jamaah yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia.
Tinggi Gua Tsur dari permukaan laut, seperti ditulis buku Sejarah Kota Makkah, mencapai 748 meter atau sekitar 458 meter dari permukaan gunung. Gua ini merupakan bebatuan yang keras dan berbentuk seperti perahu yang terbalik. Tinggi gua ini sekitar 1,25 meter, sedang panjang dan lebarnya mencapai 3,5 x 3,5 meter.
Gua ini memiliki dua pintu. Satu pintu dari sebelah barat tempat dahulu Rasulullah saw pernah memasukinya. Pintu itu hanya bisa dimasuki oleh satu orang dengan menempelkan perutnya. Pintu itu kemudian diperluas pada awal abad kesembilan Hijriyah dan berakhir pada abad ke-13 H. Satu pintu lagi dari sebelah timur. Pintu ini lebih luas dari pintu pertama. Pintu ini sengaja dibuat untuk memudahkan orang masuk dan keluar dari gua itu. Jarak antara dua pintu itu adalah 3,5 meter.
Gunung yang berlokasi sekitar 4/5 km dari Masjidil haram ke arah Thaif ini biasanya didaki menjelang subuh agar kelak bila sampai ke Gua Tsur yang dituju tidak kepanasan. Mendaki Gunung Tsur untuk mencapai Gua bersejarah di atas tidak perlu membawa bekal makanan atau minuman, karena di sekitar Gua ini sudah ada yang berjualan.
Yang perlu diperhatikan oleh jamaah yang berniat untuk mendaki jabal ini hanyalah sikap berhati-hati, karena cukup berbahaya. Untuk itulah beberapa pemandu di gunung ini mengingatkan agar pendaki tidak memaksakan diri, jika memang kondisi fisik tidak memadai. Pasalnya, hampir setiap tahun Jabal Tsur menelan korban jamaah akibat tergelincir dan jatuh. Karena itu diimbau kepada mereka yang sudah manula untuk mengurungkan niatnya melihat peninggalan Rasulullah saw menyelamatkan diri dari kejaran musuh. Lebih-lebih karena mendaki gunung ini tidak termasuk dalam rangkaian ibadah haji.
Gua Hiro
Tempat lainnya yang banyak dikunjungi adalah Gua Hira di Jabal Nur, yang menjadi tempat Nabi Muhammad saw melakukan uzlah, berinstrospeksi diri. Di Gua ini Rasulullah didatangi Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama yakni Q.S. Al-Alaq 1-5.
Untuk mencapai Gua Hira tidaklah terlampau sulit seperti Gua Tsur, karena medannya tidak terlampau terjal meski menguras energi yang cukup banyak. Untuk menuju lokasi Gua Hira bisa dengan memakai taksi dari Masjidil Haram yang bisa disewa sekira 15 real sampai ke kaki gunung.
Di ujung jalan sempit tertera papan pengumuman dalam ukuran besar berwarna biru yang dicetak dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Isi pengumuman tersebut adalah peringatan sekaligus larangan yang tak boleh dilakukan saat berziarah ke Gua Hiro, seperti mengambil batu atau benda-benda lainnya untuk azimat, shalat, maupun mengotori.
Seperti mendaki Gua Tsur umumnya, jamaah haji yang akan ”mengunjungi” Gua Hira juga melakukannya menjelang shalat subuh sekira pukul 04.00 waktu setempat. Dengan waktu tempuh sekitar 30 menit sampai 1 jam apabila santai, maka kita akan sampai ke Gua Hira dengan cuaca yang tidak terlalu menyengat tubuh.
Untuk mencapai Gua Hira butuh perjuangan tersendiri, karena sekira 500 meter dari kaki gunung merupakan ”jalur” liar berupa bebatuan cadas. Diperlukan ekstra hati-hati untuk memanjatnya karena bisa saja kita jatuh tergelincir dan menghantam bebatuan.
Setelah melalui jalur awal laksana off road, maka kita akan menemui trap (tangga) yang terbuat dari batu bersusun, maupun tangga dari semen yang dibuat oleh masyarakat setempat. Di tengah perjalanan kita bisa berhenti sejenak di sebuah warung yang di belakangnya terdapat tanah datar cukup luas untuk melaksanakan shalat subuh. Di samping itu, jamaah haji juga bisa melihat keindahan Kota Mekah dengan Masjidil Haramnya yang bersinar terang memancarkan cahaya kehijau-hijauan yang menerangi kegelapan subuh.
Setelah istirahat sebentar, perjalanan menuju Gua Hira tidak terlampau berat, karena sudah ada tangga meski medannya cukup terjal. Namun, ketika sudah sampai di mulut Gua kita akan menemukan kesulitan yang tak kalah menantangnya. Karena mulut Gua Hira ”ditutup” oleh sebuah batu besar sehingga cukup sulit bagi jamaah haji yang bertubuh besar untuk melewatinya.
Demikian pula dengan luas Gua Hiro jangan dibandingkan dengan gua-gua di Indonesia, karena Gua Hiro hanya memuat sekira 10 orang dalam keadaan berdiri. Untuk mengambil gambar gua juga cukup sulit akibat sempitnya gua dan kondisi gelap, karena sampai di gua masih sekitar jam 05:00 waktu setempat.
Tan’im dan Ji’ronah
Tan’im dan Ji’ronah adalah tempat miqotnya penduduk Makkah, atau orang luar yang menempat di Makkah. Tan’im terdapat disebelah utara kota makkah, sedangkan Ji’ronah kurang lebih 16 km dari pusat kota makkah ke arah timur laut.
Mina
Mina adalah kota kecil di sebelah timur laut Makah, di Mina itu terletak jumroh- jumroh yang dilontari ketika tanggal 10,11,12 dan 13 Dzul Hijjah. Di Mina Nabi Muhammad saw dahulu menginap di malam tanggal 9, 11, 12 dan 13 Dzul Hijjah. Di tempat itu pula dilakukan penyembelihan Hadyu, di situ pula ada masjid besar yang bernama Masjid Khoif.
Jumroh atau Jamarot adalah tonggak-tonggak yang menurut riwayat dahulu disitu syetan menggoda Nabi Ibrahim as sewaktu akan menyembelih Nabi Isma'il. Ada tiga jumrah di Mina, yaitu: Jumroh Ula, terletak dekat Masjid Khoif. Jumroh Wustho, terletak di antara dua jumrah yang lain. Jumroh Aqobah, terletak paling dekat ke Makkah. Pada tanggal 10 Dzul Hijjah hanya Jumroh Aqobah yang dilontar. Pada tanggal 11, 12 dan 13 dilontar ketiga-tiganya, yaitu Ula, Wustho dan 'Aqobah.
Muzdalifah
Muzdalifah adalah tempat di sebelah timur Mina. Di tempat itu Nabi Muhammad saw dahulu ketika melaksanakan ibadah haji melakukan shalat Maghrib dan Isya jama’ takhir di malam 10 Dzul Hijjah, serta bermalam dan shalat Subuh di situ. Di Muzdalifah juga tempat para jamaah haji mencari batu kerikil untuk melempar jumroh ketika sampai di Mina.
Masjid Namiroh
Namiroh adalah tempat di sebelah barat Arofah yang dahulu Nabi Muhammad saw melakukan wukuf, berkhutbah, dan shalat Dhuhur dan Ashar qosor dan jama’ taqdim pada tanggal 9 Dzul Hijjah. Di tempat itu sekarang didirikan masjid yang bernama Masjid Namiroh. Bagian sebelah barat dari masjid ini berada di luar Arafah, sedang yang sebelah timur berada di Arafah.
Arafah
Arafah adalah suatu padang terletak di sebelah timur Muzdalifah. Di padang Arofah itu dahulu Nabi Muhammad saw dan para sahabat beliau melakukan wukuf semenjak seusai shalat Dhuhur dan shalat Ashar di Namiroh, sampai terbenamnya matahari di malam ke 10 bulan Dzul Hijjah.
Jabal Rahmah
Jabal Rahmah terdapat di kawasan Padang Arafah, 25 km dari Mekah, yaitu sebuah gunung kecil yang dahulu Nabi Muhammad saw wukuf di lerengnya. Menurut riwayat, di tempat itu nabi Adam dan isterinya Hawwa bertemu untuk pertama kalinya di bumi, setelah mereka berpisah pasca diturunkan ke bumi.
Pemakaman Ma’la
Pemakaman Ma’la tak jauh dari Masjidil Haram, terletak di sebelah timur Masjidil Haram. Di sana dimakamkan Ummul Mukminin Siti Khadijah, para sahabat, para tabi'in dan orang-orang yang shaleh, termasuk para jamaah haji yang meninggal di Makkah.
TATA KRAMA MEMASUKI KOTA MAKKAH
Makkah, adalah kota suci yang paling dimuliakan oleh Allah. Pada saat berada di kota Makkah (tanah Haram), segala perbuatan baik, pahalanya dilipat gandakan oleh Allah, demikian juga perbuatan buruk, dosanya juga dilipat gandakan oleh Allah. Oleh karenanya, pergunakanlah sebaik-baiknya kesempatan berada di Makkah, dengan diisi kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfa'at, hindari semaksimal mungkin, tindakan-tindakan negatif dan yang menyakiti orang lain, seperti bertengkar, mencaci maki, menggunjing orang lain dan sebagainya.
Ada beberapa amalan-amalan yang disunnahkan sewaktu berada di Makkah, diantaranya :
1. Saat tiba memasuki kota Makkah, membaca do'a
اَللَّهُمَّ هَذَا حَرَمُكَ وَأَمْنُكَ فَحَرِّمْنِيْ عَلَى النَّارِ وَآمِنِّيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكْ
"Artinya: Ya Allah. Ini adalah tanah harammu dan negeri amanmu, maka jadikan aku terhalang dari siksa neraka dan jadikan aku aman dari adzbmu pada hari engkau membangkitkan hamba-hambamu, dan jadikanlah aku kekasihmu dan orang yang selalu taat kepadamu"
2. Mengikuti sholat berjama'ah di Masjidil haram , karena pahalanya dilipat gandakan seratus ribu kali dari sholat di tempat-tempat lain, bahkan lebih utama dari sholat di Masjid Nabawi sekalipun . Dalam sebuah hadits dinyatakan:
صلاة في مسجدي هذا أفضل من ألف صلاة في غيره من المساجد الا المسجد الحرم, وصلاة في المسجد الحرم أفضل من الصلاة في مسجدي هذا بمائة مرة
Artinya:" Sholat di masjidku ini (Masjid Nabawi), lebih utama dari seribu kali sholat dimasjid-masjid lainnya kecuali Masjidil haram, dan sholat di Masjidil haram lebih utama dari seratus kali sholat di masjidku " (HR.Bukhori Muslim)
3. Memperbanyak ibadah umrah, jika kondisi kesehatan memungkinkan.
4. Memeperbanyak thawaf sunnah.
5. Memperbanyak sholat sunnah.
6. Memperbanyak minum air zamzam . Dalam sebuah hadits:
ماء زمزم لما شرب له
Artinya: Air zamzam dapat diminum untuk tujuan apapun (HR.Ahmad).
7. Saat sebelum meminum air zamzam, hendaknya didahului dengan do'a sebagaimana yang di lakukan oleh sahabat Ibnu Abbas, yaitu:
أَللَّهُمَّ اِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا, وَرِزْقًا وَاسِعًا, وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ
Allohumma inni as'aluka 'ilman nafi'a wa rizqon wasi'a, wa syifaan min killi da'in
Artinya:" Ya Allah, aku memohon kepadamu, berilah aku, ilmu yang bermanfaat, rizqi yang banyak, dan sehat dari segala macam penyakit"
8. Menghatamkan al-Qur'an.
9. Melihat Ka'bah setiap masuk Masjidil Haram. Dalam sebuah hadits dinyatakan:
النظر الى البيت الحرم عبادة
Artinya: "Melihat pada Ka'bah adalah bagian dari ibadah" (HR. Ibnu Al-Jauzi)
Di antara nama-nama Makkatul mukarramah adalah:
Al Balad: Allah Taala berfirman:
لا أقسم بهذا البلد وأنت حل بهذا البلد
“Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah), dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini)”.
Al Baladil Amin (Kota yang aman): Allah Taala berfirman:
وهذا البلد الأمين
“Demi kota (Mekah) ini yang aman”. Huzaimah bin Tsabit bertanya kepada Nabi saw. tentang ayat ini, maka beliau bersabda, "Mekah."
Al Baldah: Allah Taala berfirman:
إنما أمرت أن أعبد رب هذه البلدة
“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini”.
Bakkah: Allah Taala berfirman:
إن أول بيت وضع للناس للذي ببكة مباركا وهدى للعالمين
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) bagi manusia adalah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang penuh berkah dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.
Makkah: Allah Taala berfirman:
وهو الذي كف أيديهم عنكم ببطن مكة من بعد أن أظفركم عليهم
“Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka”.
Ada yang mengatakan Bakkah adalah tempat Ka’bah dan Mekah adalah kawasan di sekelilingnya.
Qaryah: Allah Taala berfirman:
ضرب الله مثلا قرية
“Allah telah membuat satu perumpamaan (dengan) sebuah negeri”. Mujahid berkata, "Maksudnya adalah Mekah."
Masjidilharam: Allah Taala berfirman:
سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa)
Al Ma`aad: Allah Taala berfirman:
إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد
“Sesungguhnya yang mewajibkan atas kamu (melaksanakan hukum-hukum) Alquran itu benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali”.
Ummul Qura: Allah Taala berfirman:
لتنذر أم القرى ومن حولها
“Supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk negeri-negeri sekelilingnya”.
Mukhraja Shidqin: Allah Taala berfirman:
وقل رب أدخلني مدخل صدق وأخرجني مخرج صدق واجعل لي من لدنك سلطانا نصيرا
“Katakanlah:"Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkanlah pula aku dari tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”.
Al Baasaq: Karena orang yang ingkar akan adanya Allah (ateis) dibinasakan dan dihancurkan di dalamnya.
بصق فلان على أصحابه
“Fulan lebih tinggi dari teman-temannya”. Disebut demikian karena Mekah adalah kota yang posisinya paling tinggi, dia membinasakah orang-orang mulhid (ateis).
Ka’bah
Ka’bah adalah bangunan suci kaum Muslim yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat atau arah patokan untuk hal-hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti sholat. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.
Bangunan berbentuk kubus ini berukuran 12 x 10 x 15 meter. Juga disebut dengan nama Baitullah. Ka’bah yang juga dinamakan Baitul Atiq atau rumah tua, adalah bangunan yang dibangun pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di mekkah atas perintah Allah swt.
Pembangunan Ka’bah dimulai semenjak Masa Ibrahim a.s. Inilah satu-satunya pembangunan Ka’bah yang ditegaskan dalam Alquran.
Dalam sejarahnya, Nabi Ibrahim a.s. tiba di Mekah dalam rangka melaksanakan perintah Allah swt, yaitu membangun Baitullah. Suatu waktu beliau berkata kepada anaknya, Ismail as, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan saya melakukan sesuatu.pekerjaan" Ismail as. berkata, "Laksananakanlah perintah Tuhan! " Beliau berkata, "Apakah engkau bersedia membantu melaksanakannya?" Ismail a.s. menjawab, "Aku siap membantu." Beliau berkata, "Sesungguhnya Allah Taala memerintahkan saya membangun sebuah rumah di sini," sambil menunjuk ke gundukkan tanah yang agak tinggi dan sekitarnya.
Mereka berduapun membangun rumah tersebut di atas fondasinya. Ismail as. membawa batu dan Ibrahim as. menyusunnya. Ketika bangunan sudah mulai bertambah tinggi, Ismail a.s. membawa sebuah batu (Maqam Ibrahim) dan meletakkannya di samping bangunan sebagai pijakan buat Nabi Ibrahim a.s. Kemudian Nabi Ibrahim a.s. naik ke atas batu itu dan Nabi Ismail a.s. menyodorkan batu-batu. Mereka berdoa:
ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم، ربنا واجعلنا مسلمين لك، ومن ذريتنا أمة مسلمة لك، وأرنا مناسكنا وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، ربنا وابعث فيهم رسولا منهم يتلوا عليهم آياتك ويعلمهم الكتاب والحكمة ويزكيهم، إنك أنت العزيز الحكيم
Artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang akan membacakan ayat-ayat-Mu kepada mereka, mengajari mereka Al Kitab (Alquran) dan Al Hikmah (Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dengan berkat Allah Taala pembangunan Ka’bahpun selesai.
Tidak ada hadis sahih yang mengatakan bahwa Baitullah sudah berdiri sebelum Nabi Ibrahim a.s. Barangsiapa yang berpegang pada firman Allah Taala:
وإذ بوأنا لإبراهيم مكان البيت
Artinya: Ingatlah, ketika Kami menyediakan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah. Atau firman Allah Taala:
وإذ يرفع إبراهيم القواعد من البيت
Artinya: Ingatlah, ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah.
Maksudnya bahwa tempat letak Baitullah telah ada dalam ilmu Allah sejak penciptaan langit dan bumi. Jadi letak Baitullah itu sudah diketahui. Adapun pembangunannya dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail as.
Berita yang mengatakan bahwa Ka’bah telah dibangun sebelum itu adalah berita yang diriwayatkan dari Bani Israil, yang tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat disalahkan. Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Nabi Ibrahim a.s. membangun Baitullah, dengan membuat:
Tingginya sembilan hasta.
Panjangnya dari Hajar Aswad sampai Rukun Syami 32 hasta.
Lebarnya dari Rukun Syami sampai Rukun Gharbi 22 hasta.
Panjangnya dari Rukun Gharbi sampai Rukun Yamani 31 hasta.
Lebarnya dari Rukun Yamani sampai Hajar Aswad 20 hasta.
Beliau membuat pintu Ka’bah sejajar dengan tanah, tidak melebih i ketinggian tanah dan tidak dibuatkan daun pintu. Daun pintu baru dibuat kemudian oleh Tubba` Al Humairi, kemudian pintu Ka’bah ditinggikan dari permukaan tanah.
Bangunan yang dibuat oleh Nabi Ibrahim a.s. itulah bangunan yang dicontoh oleh orang setelahnya. Bangunan tersebut mempunyai dua rukun yaitu dua Rukun Yamani. Adapun bagian berikutnya adalah hijir yang tidak dibuatkan rukun, tetapi dibuat setengah lingkaran. Dikatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. membangun Baitullah ketika beliau berusia 100 tahun. Allah Yang Maha Mengetahui.
Pada awalnya bangunan Ka’bah terdiri atas dua pintu, serta letak pintu Ka’bah terletak diatas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi, sebagaimana pondasi yang dibuat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Namun ketika Renovasi Ka’bah akibat bencana banjir pada saat Nabi Muhammad saw berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi rasul, karena merenovasi Ka’bah sebagai bangunan suci harus menggunakan harta yang halal dan bersih, sehingga pada saat itu terjadi kekurangan biaya. Maka bangunan Ka’bah dibuat hanya satu pintu serta ada bagian Ka’bah yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan Ka’bah yang dinamakan Hijir Ismail yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi Ka’bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh bangsa Arab.
Karena kaumnya baru saja masuk Islam, maka Nabi Muhammad saw mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali Ka’bah sehingga ditulis dalam sebuah hadits beliau bersabda: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku turunkan pintu Ka’bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail ke dalam Ka’bah sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim”.
Ketika masa Abdurrahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibuat sebagaimana hadist Nabi Muhammad saw atas pondasi Nabi Ibrahim. Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa daerah Syam (Suriah,Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka’bah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka’bah berdasarkan bangunan hasil renovasi Nabi Muhammad saw pada usia 30 tahun bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim.
Dalam sejarahnya Ka’bah beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan tuanya bangunan.
Ketika masa pemerintahan khalifah Harun al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali Ka’bah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad saw, namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka, yakni Imam Malik, karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Ka’bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.
Masjidil-Haram
Perluasan Masjidil-Haram bermula pada tahun 638 M oleh Umar bin Khattab, beliau membeli rumah-rumah di sekeliling Ka’bah dan dirobohkan semuanya untuk tujuan perluasan. Perluasan Masjidil Haram diteruskan lagi oleh Usman bin Affan sekitar tahun 647 M.
Pada tahun 696 M, Abdullah bin Zubair memperluas kawasan masjid ini dengan membeli gedung-gedung yang berada di sebelah timur dan selatan masjid. Sementara di bagian utara dan barat diperluas oleh Zaid bin Abdullah al-Harisi dibawah perintah Abu Ja'far al-Mansur, Khalifah Bani Abas kedua.
Abdul Malik bin Marwan, Umar, al-Walid, Zaid bin Abdullah, adalah mereka yang pertama kali menghiasi masjid ini. Ayat-ayat al-Quran disulami dengan corak-corak Islam, batu-batu marmernya diukir dengan indah, dan tiang-tiangnya dicampur dengan emas.
Pada tahun 986 M, Harun ar-Rashid telah memasukkan gedung Dar An-Nadwah di sebelah utara ke dalam Masjidil Haram, dan membuat bab Ibrahim di sebelah barat. Sedangkan Pintu besar bab as-Salam telah diperbaiki pada tahun 1243 M oleh Ali bin Umar dari Yaman.
Pada tahun 1399 M, kebakaran besar terjadi di Masjidil-Haram. Banyak bagian terbakar, begitu juga dengan keindahan kesenian Masjidil-Haram. Amir az-Zahiri kemudian memperbaikinya pada tahun berikutnya, dan selesai pada tahun 1401 M.
Sultan Salim II (1572-1577 M) memperbaharui dan memperindah kembali Masjidil-Haram dengan membuat kubah di dalamnya. Atas arahan Amir Pasha dari Mesir, perbaikan masjid dipimpin oleh Ahmad Bey dan seorang arsitektur ternama bernama Muallim Muhammad al-Misri. Sepeninggal Sultan Salim, anaknya Sultan Murad meneruskan pekerjaan tersebut sampai selesai.
Perluasan Masjidil-Haram dilanjutkan oleh Raja Abdul Aziz pada 1955 M. Perluasan bertambah terus selama 20 tahun dari 19,000 meter persegi, sampai 160,000 meter persegi, hampir delapan kali lipat dari asalnya. Perluasan tersebut tanpa menghilangkan keaslian Masjid dari zaman Turki Usmani.
Tempat thawaf juga diperluas tiga kali lipat dari asalnya oleh beliau, pintu Ka’bah juga diganti dengan lapisan emas. Kemudian Raja Fahd membuat kawasan Sa’i menjadi kawasan yang ber-AC. Begitu juga tempat Sa’i dilantai dua, dan beliaupun membangun jambatan diatas tempat Sa’i untuk mengurangi sesaknya jama’ah haji ketika masuk Masjidil-Haram.
Masjidil-Haram mempunyai menara-menara yang indah, menara itu berada diatas pintu-pintu masjid. Diantaranya adalah menara bab al-Umrah yang didirikan oleh Khalifah al-Mansur dari Bani Abbas pada tahun 706 M. Menara ini kemudian diperbaiki pada tahun 1172 M, dan juga pada tahun 1464 M oleh Sultan Jukmuk, dan akhirnya punah pada tahun 1552 M. Sultan Sulaiman kemudian menggantikan dengan yang baru di tempat yang sama dengan nama seperti semula.
Pada tahun 789 M, Khalifah Mahdi dari keturunan Abbasiyah, membangun menara bab as-Salam dan beberapa menara lagi seperti menara bab Ali dan menara bab Al-Hazurah atau bab Wida'.
Pada tahun 905 M, Khalifah al-Mu'tadhid dari Bani Abbas membangun menara bab az-Ziadah dan di perbaiki oleh Asraf Baresbai pada tahun 1447 M. Kait Bait juga membangun menara Kait Bait kira-kira tahun 1501 M, dan juga membangun menara As-Sulaimaniah.
Makam Ibrahim
Makam Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim as sebagaimana dugaan atau pendapat sebagian orang-orang kebanyakan. Makam Ibrahim adalah merupakan bangunan kecil yang terletak lebih kurang 20 meter di sebelah timur Ka’bah. Di dalam bangunan kecil ini terdapat sebiji batu yang diturunkan oleh Allah swt dari Syurga bersama-sama dengan Hajar al-Aswad. Di atas batu itu Nabi Ibrahim as berdiri di waktu beliau membangun Ka’bah bersama putranya Nabi Ismail as yang memberikan batu kepadanya, sampai membekas kedua telapak kaki beliau.
Batu itu dipelihara oleh Allah swt. Atas perintah Khalifah al-Mahdi al-Abbasi, di sekeliling batu Makam Ibrahim itu diberi penutup dari perak dan dibuat kandang besi berbentuk sangkar burung. Jadi sekarang batu tersebut letaknya dijauhkan sedikit dari Ka'bah dan diberi bangunan kecil yang beratap, dan di dinding sebelah atas diberi kaca.
Sesudah thawaf setiap orang disunahkan shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim tersebut. Sekarang bekas kedua telapak kaki Nabi Ibrahim bisa dilihat dibangunan Makam Ibrahim tersebut, panjangnya 27 cm, lebar 14 cm dan dalam 10 cm yang masih nampak dan terlihat jelas.
Hijir Ismail
Hijir Ismail adalah pagar batu berlingkar. Tingginya 1.5 meter. Letaknya berdampingan dengan Ka’bah di sebelah utara. Hijir Ismail dibangun oleh Nabi Ibrahim as sewaktu beliau membangun Ka’bah.
Hijir Ismail itu pada mulanya hanya merupakan pagar batu yang sederhana. Kemudian para Khalifah dan Raja yang berkuasa membangun pagar batu itu dengan batu marmer.
Berdasarkan hadis Rasulullah saw, sebagian dari Hijir Ismail itu adalah termasuk dalam Ka’bah. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari 'Aisyah ra, Ia berkata: Aku sangat ingin memasuki Ka’bah untuk melakukan sembahyang didalamnya, Rasulullah saw memegang tanganku dan memasukkan aku ke dalam Hijir Ismail sambil berkata, "Sembahyanglah kamu di Hijir Ismail jika kamu hendak sholat di dalam Ka’bah, karena kaum Quraisy telah meninggalkan bagian ini di luar Ka’bah semasa mereka membangun Ka’bah".
Disunahkan bagi setiap orang yang telah mengerjakan thawaf, melakukan sholat sunah dua rokaat dan berdoa di Makam Ibrahim, dan juga sholat sunah dua rakaat di Hijir Ismail.
Hajar Aswad
Menurut sejarah, Hajar Aswad diturunkan oleh Allah swt dari langit ke atas Jabal Qubais. Awalnya Hajar Aswad berbentuk biji permata putih, lebih putih dari salju, tetapi berangsur-angsur menjadi hitam karena disentuh oleh orang-orang musyrik.
Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah saw, dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda: “Hajar Aswad diturunkan dari syurga dan berwarna lebih putih dari susu. Dosa-dosa manusia (anak Adam) menyebabkannya menjadi hitam" . HR. Ahmad dan Turmudzi.
Hajar Aswad terletak di salah satu pojok dari empat pojok Ka’bah, dimana apabila orang yang ingin melakukan thawaf, maka mereka wajib memulai thawaf itu dengan mensejajarkan bahu kiri mereka dengan Hajar Aswad, lalu berputar sebanyak tujuh kali, dan juga wajib mengakhiri thawaf bersejajar dengan Hajar Aswad.
Mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi semata, hal ini diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika beliau mau mencium Hajar Aswad beliau berkata: “Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah sebuah batu biasa, seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw menciummu, maka aku tidak akan menciummu”.
Tempat multazam dimasjidil haram itu terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah. Disinilah tempat yang sangat dianjurkan pada siapapun untuk berdoa, yaitu tempat yang mustajab. Abu Daud meriwayatkan, dari Ibnu Abbas ra dikisahkan bahwa beliau pernah berdiri tegak di Multazam dengan dada dan muka menghadap ke Ka’bah, tangannya ditengadahkan ke atas. Kemudian beliau berkata, “aku melihat Rasullullah saw melakukannya".
Rukun Yamani adalah salah satu sudut Ka'bah sebelum sudut dimana diletakkan hajar Aswad, disini orang yang sedang thowaf disunahkan membaca do’a robbana atina fi dunya hasanah. Sedangkan pada sudut dimana Hajar Aswad berada, setiap orang sunah mengusap hajar aswad dengan tangan atau berisyarat ketika mau memulai thawaf.
Sumur Zam-Zam
Sumur zam-zam adalah seperti sumur biasa, tetapi mempunyai riwayat tersendiri. Sejarahnya adalah berhubungan dengan sejarah Nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar (isteri Nabi Ibrahim as), bermula ketika Nabi Ibrahim as mempunyai dua orang istri, Siti Sarah dan Siti Hajar (ibu Nabi Ismail).
Pada suatu ketika terjadi perselesihan antara kedua isteri beliau, sehingga Siti Sarah bersumpah tidak akan tinggal bersama Siti Hajar dalam satu negara. Kemudian turunlah wahyu kepada Nabi Ibrahim supaya beliau bersama anak dan isterinya (Ismail dan Hajar) pergi ke Mekkah. Di waktu itu Mekkah belum didiami manusia, hanya merupakan lembah pasir dan bukit-bukit yang tandus dan tidak ada air.
Ketika mereka tiba di Mekkah, mereka tinggal di bawah pohon yang kering. Di tempat inilah bangunan Ka’bah akan berdiri. Tidak beberapa lama Nabi Ibrahim meninggalkan mereka dengan dibekalkan sekantong kurma dan air.
Siti Hajar melihat aneh sikap suaminya melakukan hal ini, lalu bertanya: “mau pergi ke mana wahai suamiku, sampai hatikah engkau meninggalkan kami ditanah yang kering dan tandus ini?”. Berulang kali Siti Hajar menanyakan hal itu, akan tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawabnya.
Lalu Siti Hajar bertanya: “apakah ini perintah dari Allah?”. Lalu Nabi Ibrahimpun menjawab: “ya”. Mendengar jawaban suaminya, Siti Hajar gembira dan hatinya tentram. Ia percaya hidupnya akan terjamin walaupun di tempat yang sunyi dan kering, serta tidak ada manusia. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail as masih menyusu.
Setelah beberapa hari, air yang dibekalkan Nabi Ibrahim habis. Siti Hajar berusaha mencari air di sekelilingnya sampai mendaki bukit shofa dan Marwah berulang kali, sampai yang ketujuh ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahawa suara itu adalah suara air yang memancar dari dalam tanah dengan sangat deras. Air itu adalah air zam-zam.
Air zam-zam mempunyai keistimewaan yaitu, dengan izin Allah swt menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga, serta mengenyangkan perut yang lapar. Keistimewaan itu tersebut dalam sebuah hadist Nabi, dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda: "sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam-zam, air zam-zam merupakan minuman yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit ". HR. At Tabrani dan Ibnu Hibban.
Kawasan sumur Zam-zam kini telah ditutup oleh pihak pemerintah Arab Saudi, terletak disebelah selatan Ka’bah.
Shofa dan Marwah
Shofa adalah gunung kecil tempat orang memulai Sa'i, dan Marwah adalah gunung kecil tempat orang mengakhiri Sa'i. Saat ini kedua-duanya sudah menjadi bagian dari komplek Masjidil Haram dan sudah tidak tampak sebagai gunung. Shofa terletak dibagian tenggara dari arah Ka’bah, sedangkan Marwah disebelah timur laut dari arah Ka’bah, berjarak sekitar 100 meter dari Ka’bah.
Jarak Shofa dan Marwah tidak bisa dibilang dekat (7 kali bolak-balik kira-kira 40 menit berjalan biasa). Sekarang tempat tersebut sudah nyaman, tidak panas, dan tersedia air zam-zam di kanan kirinya. Membayangkan Siti Hajar, menempuh perjalanan ini di bawah terik matahari, tanah gurun yang tandus, suatu perjuangan yang mustahil dilakukan tanpa tauhid yang bulat kepada Allah swt, totalitas kepercayaan yang mendalam bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya, sehingga muncul optimis, baik dalam kebaikan, maupun optimis dalam menempuh ujian hidup, dan tetap berhusnudzhon terhadap segala ketetapan Allah swt.
Babu as-Salam
Bab as Salam atau Bab Bani Syaibah adalah salah satu pintu Masjidil Haram darimana Rasulullah saw. dahulu masuk pada waktu akan melakukan thawaf. Sekarang untuk memasuki pintu itu orang harus melintasi tempat Sa'i.
Dar al Nadwah
Tempat bersejarah lainnya di Mekkah adalah Dar al Nadwah atau Dar al Nadwah. Pada zaman Nabi tempat ini dijadikan pusat berkumpulnya kaum Quraisy bermusyawarah untuk membendung gerakan dakwah Islam. Ketika itu kaum Quraisy sepakat membunuh Nabi. Tetapi atas kehendak Allah swt, maka Rasulullah saw dapat keluar dengan selamat dan langsung melanjutkan perjalanan hijrah menuju Madinah Al Munawwarah; untuk mengembangkan Islam.
Umar bin Khattab semasa menjabat Khalifah kedua, pernah mengunjungi dan tinggal di Dar al Nadwah. Demikian pula para khalifah sesudahnya. Pada waktu bersamaan al Mu'tadlil dari Dinasti Abbasiah memasukkannya ke dalam bagian Masjidil Haram dalam perluasan pada tahun 284 H/897 M, dengan luas 37 x 36 meter atau 1.332 meter persegi. Letak Dar al Nadwah persisnya di dekat tempat Thawaf di sebelah utara. Untuk memperingatinya pintu di sana dinamakan Pintu Darun Nadwah (Bab Dar al Nadwah).
Dar al Arqom
Dar al Arqam adalah sebutan untuk sebuah rumah milik Arqam, yang kemudian menjadi pusat gerakan dakwah Islam secara sembunyi-sembunyi. Ketika itu orang-orang Muslim yang baru mengucapkan Kalimat Tauhid, berkumpul dan melaksanakan pengajian dan shalat berjamaah di dalam rumah itu. Mereka belum berani terang-terangan menyatakan keislaman mereka, karena takut mendapat celaka dari para pembesar Quraisy yang masih menyembah berhala.
Pada tahun 171 H/787 M, seorang hamba Allah bernama Al Khaizuran, bekas budak Al Abbasi, membangun masjid di areal Darul Arqam yang jaraknya sekitar 30 meter sebelah timur Shafa, tepatnya di luar jalur Sa'i. Hal ini menjadi perhatian para Khalifah Muslimin.
Selanjutnya pada tahun 1375 Hijriyah/ 1990 M, Masjid tersebut dirombak dalam rangka proyek perluasan Masjidil Haram. Untuk memperingatinya pintu Shafa dinamai Bab Dar al-Arqam.
Gua Tsur
Salah satu tempat bersejarah yang banyak dikunjungi jamaah haji bila berada di Mekah adalah Gua Tsur yang terletak di puncak Jabal Tsur Mekah. Gua bernilai sejarah dalam perjuangan Nabi Muhammad saw dalam menegakkan syiar Islam ini tidak dapat dilepaskan dari untaian perjuangan Rasulullah saw.
Karena di tempat inilah, Rasulullah bersama sahabatnya Abu Bakar Shiddiq bersembunyi selama tiga malam setelah berhasil keluar dari Mekah yang dikepung oleh para kafir Quraisy. Tersebutlah nama Sahabat Ali yang menggantikan tempat tidur Rasulullah sehingga akhirnya kafir Quraisy merasa kecele dibuatnya.
Keajaiban mengiringi kedua hamba Allah swt ini sambil menentukan strategi sebelum hijrah ke Madinah. Sarang laba-laba dan sarang burung merpati menyelamatkan kedua hambaNYA dalam menegakkan Islam itu. Beralasan sekali kalau pihak kafir Quraisy mengurungkan niat mereka mengobrak-abrik Gua tempat Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar ini bersembunyi, sehingga keduanya selamat.
Ketika itu, Abdullah bin Abu Bakar ikut juga bermalam bersama keduanya. Ia pulang dari gua itu menjelang pagi. Pagi harinya ia telah berada bersama orang-orang Quraisy Makkah untuk mencari berita.
Setelah itu Abdullah bin Abu Bakar kembali mendatangi keduanya untuk menyampaikan berita tentang orang-orang Quraisy, sedangkan Amir bin Fahirah, budak Abu Bakar ra, menggiring gembalaannya menghapus jejak Abullah bin Abu Bakar. Tentang hal ini, Allah swt menyebutkan dalam salah satu firman-Nya: ''Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya. (Yaitu) ketika orang-orang kafir (Makkah) mengeluarkannya dari Makkah, sedangkan dia adalah salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, di waktu ia berkata kepada temannya, 'Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.' Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada Muhammad dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya.'' (QS At Taubah ayat 40).
Dalam kitab Khulashatu Nuril Yaqin diungkapkan, selama Rasulullah saw dan Abu Bakar ash Shiddiq berada di dalam gua, salah seorang putri Abu Bakar yang bernama Asma binti Abu Bakar sempat mengantarkan makanan untuk Rasulullah dan Abu Bakar.
Sebenarnya tidak pernah ada anjuran untuk melakukan ziarah ke Gua yang terletak di gunung yang cukup tinggi dan terjal ini. Namun dapat dipastikan bila musim haji tiba, tempat bersejarah ini banyak dikunjungi jamaah yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia.
Tinggi Gua Tsur dari permukaan laut, seperti ditulis buku Sejarah Kota Makkah, mencapai 748 meter atau sekitar 458 meter dari permukaan gunung. Gua ini merupakan bebatuan yang keras dan berbentuk seperti perahu yang terbalik. Tinggi gua ini sekitar 1,25 meter, sedang panjang dan lebarnya mencapai 3,5 x 3,5 meter.
Gua ini memiliki dua pintu. Satu pintu dari sebelah barat tempat dahulu Rasulullah saw pernah memasukinya. Pintu itu hanya bisa dimasuki oleh satu orang dengan menempelkan perutnya. Pintu itu kemudian diperluas pada awal abad kesembilan Hijriyah dan berakhir pada abad ke-13 H. Satu pintu lagi dari sebelah timur. Pintu ini lebih luas dari pintu pertama. Pintu ini sengaja dibuat untuk memudahkan orang masuk dan keluar dari gua itu. Jarak antara dua pintu itu adalah 3,5 meter.
Gunung yang berlokasi sekitar 4/5 km dari Masjidil haram ke arah Thaif ini biasanya didaki menjelang subuh agar kelak bila sampai ke Gua Tsur yang dituju tidak kepanasan. Mendaki Gunung Tsur untuk mencapai Gua bersejarah di atas tidak perlu membawa bekal makanan atau minuman, karena di sekitar Gua ini sudah ada yang berjualan.
Yang perlu diperhatikan oleh jamaah yang berniat untuk mendaki jabal ini hanyalah sikap berhati-hati, karena cukup berbahaya. Untuk itulah beberapa pemandu di gunung ini mengingatkan agar pendaki tidak memaksakan diri, jika memang kondisi fisik tidak memadai. Pasalnya, hampir setiap tahun Jabal Tsur menelan korban jamaah akibat tergelincir dan jatuh. Karena itu diimbau kepada mereka yang sudah manula untuk mengurungkan niatnya melihat peninggalan Rasulullah saw menyelamatkan diri dari kejaran musuh. Lebih-lebih karena mendaki gunung ini tidak termasuk dalam rangkaian ibadah haji.
Gua Hiro
Tempat lainnya yang banyak dikunjungi adalah Gua Hira di Jabal Nur, yang menjadi tempat Nabi Muhammad saw melakukan uzlah, berinstrospeksi diri. Di Gua ini Rasulullah didatangi Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama yakni Q.S. Al-Alaq 1-5.
Untuk mencapai Gua Hira tidaklah terlampau sulit seperti Gua Tsur, karena medannya tidak terlampau terjal meski menguras energi yang cukup banyak. Untuk menuju lokasi Gua Hira bisa dengan memakai taksi dari Masjidil Haram yang bisa disewa sekira 15 real sampai ke kaki gunung.
Di ujung jalan sempit tertera papan pengumuman dalam ukuran besar berwarna biru yang dicetak dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Isi pengumuman tersebut adalah peringatan sekaligus larangan yang tak boleh dilakukan saat berziarah ke Gua Hiro, seperti mengambil batu atau benda-benda lainnya untuk azimat, shalat, maupun mengotori.
Seperti mendaki Gua Tsur umumnya, jamaah haji yang akan ”mengunjungi” Gua Hira juga melakukannya menjelang shalat subuh sekira pukul 04.00 waktu setempat. Dengan waktu tempuh sekitar 30 menit sampai 1 jam apabila santai, maka kita akan sampai ke Gua Hira dengan cuaca yang tidak terlalu menyengat tubuh.
Untuk mencapai Gua Hira butuh perjuangan tersendiri, karena sekira 500 meter dari kaki gunung merupakan ”jalur” liar berupa bebatuan cadas. Diperlukan ekstra hati-hati untuk memanjatnya karena bisa saja kita jatuh tergelincir dan menghantam bebatuan.
Setelah melalui jalur awal laksana off road, maka kita akan menemui trap (tangga) yang terbuat dari batu bersusun, maupun tangga dari semen yang dibuat oleh masyarakat setempat. Di tengah perjalanan kita bisa berhenti sejenak di sebuah warung yang di belakangnya terdapat tanah datar cukup luas untuk melaksanakan shalat subuh. Di samping itu, jamaah haji juga bisa melihat keindahan Kota Mekah dengan Masjidil Haramnya yang bersinar terang memancarkan cahaya kehijau-hijauan yang menerangi kegelapan subuh.
Setelah istirahat sebentar, perjalanan menuju Gua Hira tidak terlampau berat, karena sudah ada tangga meski medannya cukup terjal. Namun, ketika sudah sampai di mulut Gua kita akan menemukan kesulitan yang tak kalah menantangnya. Karena mulut Gua Hira ”ditutup” oleh sebuah batu besar sehingga cukup sulit bagi jamaah haji yang bertubuh besar untuk melewatinya.
Demikian pula dengan luas Gua Hiro jangan dibandingkan dengan gua-gua di Indonesia, karena Gua Hiro hanya memuat sekira 10 orang dalam keadaan berdiri. Untuk mengambil gambar gua juga cukup sulit akibat sempitnya gua dan kondisi gelap, karena sampai di gua masih sekitar jam 05:00 waktu setempat.
Tan’im dan Ji’ronah
Tan’im dan Ji’ronah adalah tempat miqotnya penduduk Makkah, atau orang luar yang menempat di Makkah. Tan’im terdapat disebelah utara kota makkah, sedangkan Ji’ronah kurang lebih 16 km dari pusat kota makkah ke arah timur laut.
Mina
Mina adalah kota kecil di sebelah timur laut Makah, di Mina itu terletak jumroh- jumroh yang dilontari ketika tanggal 10,11,12 dan 13 Dzul Hijjah. Di Mina Nabi Muhammad saw dahulu menginap di malam tanggal 9, 11, 12 dan 13 Dzul Hijjah. Di tempat itu pula dilakukan penyembelihan Hadyu, di situ pula ada masjid besar yang bernama Masjid Khoif.
Jumroh atau Jamarot adalah tonggak-tonggak yang menurut riwayat dahulu disitu syetan menggoda Nabi Ibrahim as sewaktu akan menyembelih Nabi Isma'il. Ada tiga jumrah di Mina, yaitu: Jumroh Ula, terletak dekat Masjid Khoif. Jumroh Wustho, terletak di antara dua jumrah yang lain. Jumroh Aqobah, terletak paling dekat ke Makkah. Pada tanggal 10 Dzul Hijjah hanya Jumroh Aqobah yang dilontar. Pada tanggal 11, 12 dan 13 dilontar ketiga-tiganya, yaitu Ula, Wustho dan 'Aqobah.
Muzdalifah
Muzdalifah adalah tempat di sebelah timur Mina. Di tempat itu Nabi Muhammad saw dahulu ketika melaksanakan ibadah haji melakukan shalat Maghrib dan Isya jama’ takhir di malam 10 Dzul Hijjah, serta bermalam dan shalat Subuh di situ. Di Muzdalifah juga tempat para jamaah haji mencari batu kerikil untuk melempar jumroh ketika sampai di Mina.
Masjid Namiroh
Namiroh adalah tempat di sebelah barat Arofah yang dahulu Nabi Muhammad saw melakukan wukuf, berkhutbah, dan shalat Dhuhur dan Ashar qosor dan jama’ taqdim pada tanggal 9 Dzul Hijjah. Di tempat itu sekarang didirikan masjid yang bernama Masjid Namiroh. Bagian sebelah barat dari masjid ini berada di luar Arafah, sedang yang sebelah timur berada di Arafah.
Arafah
Arafah adalah suatu padang terletak di sebelah timur Muzdalifah. Di padang Arofah itu dahulu Nabi Muhammad saw dan para sahabat beliau melakukan wukuf semenjak seusai shalat Dhuhur dan shalat Ashar di Namiroh, sampai terbenamnya matahari di malam ke 10 bulan Dzul Hijjah.
Jabal Rahmah
Jabal Rahmah terdapat di kawasan Padang Arafah, 25 km dari Mekah, yaitu sebuah gunung kecil yang dahulu Nabi Muhammad saw wukuf di lerengnya. Menurut riwayat, di tempat itu nabi Adam dan isterinya Hawwa bertemu untuk pertama kalinya di bumi, setelah mereka berpisah pasca diturunkan ke bumi.
Pemakaman Ma’la
Pemakaman Ma’la tak jauh dari Masjidil Haram, terletak di sebelah timur Masjidil Haram. Di sana dimakamkan Ummul Mukminin Siti Khadijah, para sahabat, para tabi'in dan orang-orang yang shaleh, termasuk para jamaah haji yang meninggal di Makkah.
TATA KRAMA MEMASUKI KOTA MAKKAH
Makkah, adalah kota suci yang paling dimuliakan oleh Allah. Pada saat berada di kota Makkah (tanah Haram), segala perbuatan baik, pahalanya dilipat gandakan oleh Allah, demikian juga perbuatan buruk, dosanya juga dilipat gandakan oleh Allah. Oleh karenanya, pergunakanlah sebaik-baiknya kesempatan berada di Makkah, dengan diisi kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfa'at, hindari semaksimal mungkin, tindakan-tindakan negatif dan yang menyakiti orang lain, seperti bertengkar, mencaci maki, menggunjing orang lain dan sebagainya.
Ada beberapa amalan-amalan yang disunnahkan sewaktu berada di Makkah, diantaranya :
1. Saat tiba memasuki kota Makkah, membaca do'a
اَللَّهُمَّ هَذَا حَرَمُكَ وَأَمْنُكَ فَحَرِّمْنِيْ عَلَى النَّارِ وَآمِنِّيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكْ
"Artinya: Ya Allah. Ini adalah tanah harammu dan negeri amanmu, maka jadikan aku terhalang dari siksa neraka dan jadikan aku aman dari adzbmu pada hari engkau membangkitkan hamba-hambamu, dan jadikanlah aku kekasihmu dan orang yang selalu taat kepadamu"
2. Mengikuti sholat berjama'ah di Masjidil haram , karena pahalanya dilipat gandakan seratus ribu kali dari sholat di tempat-tempat lain, bahkan lebih utama dari sholat di Masjid Nabawi sekalipun . Dalam sebuah hadits dinyatakan:
صلاة في مسجدي هذا أفضل من ألف صلاة في غيره من المساجد الا المسجد الحرم, وصلاة في المسجد الحرم أفضل من الصلاة في مسجدي هذا بمائة مرة
Artinya:" Sholat di masjidku ini (Masjid Nabawi), lebih utama dari seribu kali sholat dimasjid-masjid lainnya kecuali Masjidil haram, dan sholat di Masjidil haram lebih utama dari seratus kali sholat di masjidku " (HR.Bukhori Muslim)
3. Memperbanyak ibadah umrah, jika kondisi kesehatan memungkinkan.
4. Memeperbanyak thawaf sunnah.
5. Memperbanyak sholat sunnah.
6. Memperbanyak minum air zamzam . Dalam sebuah hadits:
ماء زمزم لما شرب له
Artinya: Air zamzam dapat diminum untuk tujuan apapun (HR.Ahmad).
7. Saat sebelum meminum air zamzam, hendaknya didahului dengan do'a sebagaimana yang di lakukan oleh sahabat Ibnu Abbas, yaitu:
أَللَّهُمَّ اِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا, وَرِزْقًا وَاسِعًا, وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ
Allohumma inni as'aluka 'ilman nafi'a wa rizqon wasi'a, wa syifaan min killi da'in
Artinya:" Ya Allah, aku memohon kepadamu, berilah aku, ilmu yang bermanfaat, rizqi yang banyak, dan sehat dari segala macam penyakit"
8. Menghatamkan al-Qur'an.
9. Melihat Ka'bah setiap masuk Masjidil Haram. Dalam sebuah hadits dinyatakan:
النظر الى البيت الحرم عبادة
Artinya: "Melihat pada Ka'bah adalah bagian dari ibadah" (HR. Ibnu Al-Jauzi)
No comments:
Post a Comment